Minggu, 09 Agustus 2015

Identifikasi Lontar Puspakerma



IDENTIFIKASI LONTAR PUSPAKERMA
(Kajian Struktur dan Isi dalam Perspektif Ilmu Komunikasi)










Oleh :
I KETUT PUTU SUARDANA
NIM. 141 211 10
e-mail : ikp31_suardana@yahoo.com











PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KOMUNIKASI HINDU
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
2015


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas asungkerta dan waranugraha-Nya serta   kuasa-Nya Tugas Mata Kuliah Sastra Hindu I  dengan judul Identifikasi lontar Puspakerma (Kajian Struktur dan Isi dalam Perspektif Ilmu Komunikasi) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah memberi sumbangan pemikirannya kepada kami sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. Sudah tentu tulisan yang kami buat ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku penyusun tulisan ini mohon kritik dan saran dari pembaca secara konstruktif untuk lebih sempurnanya tulisan ini.
Sebagai akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santih Santih Santih Om.
                                                 
 Mataram,  Maret  2015
                                                                                                                                         Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................       ii
DAFTAR ISI................................................................................................       iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................       1
B.     Rumusan Masalah..............................................................................       3
C.     Tujuan Penulisan................................................................................       3
D.    Manfaat Penulisan.............................................................................       4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Komunikasi........................................................................................       5
B.     Struktur Lontar Puspakerma..............................................................       5
C.     Ringkasan Cerita (Isi) Lontar Puspakerma........................................       8
D.    Komunikasi dalam Lontar Puspakerma.............................................       10
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan............................................................................................       12
B.     Saran..................................................................................................       12
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Era globalisasi adalah sebuah era peradaban manusia modern bahkan post modern. Era ini ditandai dengan berkambangnya pola pikir dan cara hidup manusia. Pola pikir manusia pada era ini tergolong pola pikir untuk maju serta pola untuk merubah pola dasar atau pola awal kearah perubahan yang sangat drastis. Hal yang tentunya akan sangat terpengaruh oleh era globalisasi adalah dunia komunikasi.
Perkembangan komunikasi dalam dunia sangatlah pesat pada era globalisasi. Sistem komunikasi manusia tentunya akan mengubah pola komunikasi masyarakat. Dipicu lagi dengan banyaknya model elektronik yang begitu pesat. Kemajuan elektronik tersebut bermunculan dengan adanya kemajuan pola pikir dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang mampu dibuat dan dikuasai oleh manusia pada peradaban dunia saat ini.
Salah satu contoh perubahan pola komunikasi yang dapat kita liahat saat ini adalah dunia komunikasi massa. Sebelum terdapat media massa system komunikasi di negara kita menggunakan peralatan serta media yang sangat sederhana. Misalnya di Bali menggunakan kul-kul untuk mengumpulkan manusia atau masyarakat saat akan ada suatu kegiatan. Contoh lain misalnya, menggunakan selebaran kertas yang berisi berita kemudian disebarkan ke masyarakat. Hal inipun masih menggunakan tatap muka dimana sejumlah orang bertemu di satu tempat guna menyampaikan informasi.
Bahkan dalam naskah Lontar yang notabene merupakan kisah yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bahkan dalam hal komunikasi sekalipun. Berbagai kajian berkaitan dengan ilmu komunikasi dapat kita peroleh dari sebuah lontar yang merupakan naskah kuno. Kajian-kajian tersebut tentunya akan sangat relevan dengan zaman saat ini atau pada zaman globalisasi ini. Dengan pengkajian naskah-naskah lontar yang merupakan miliki bangsa kita tentunya dapat akan menambah refrensi bagi ilmuan komunikasi dalam mengembangkan sayap keilmuannya.
Naskah kuno adalah salah satu peninggalan budaya masa lampau yang sangat langka dan perlu untuk dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan secara umum bahkan ilmu komunikasi secara khusus. Keberadaan naskah kuno, khususnya yang ada di Pulau Lombok sangat banyak. Naskah-naskah tersebut masih digunakan dan tersimpan atau dibaca oleh masyarakat banyak terutama pada saat-saat tertentu seperti upacara kehamilan dalam Hindu atau upacara pagedong-gedongan.
Sarana yang digunakan sebagai bahan tulisan biasanya kayu, bambo atau daun lontar. Khususnya naskah kuno yang ada di Lombok, mayoritas menggunakan bahan dari daun lontar. Sedangkan tulisan yang dipakai adalah aksara Jejawan atau Jawa-Sasak, yaitu turunan dari aksara Jawa kuno yang telah disesuaikan dengan aksara dan bahasa Sasak.
Mengingat aksara yang digunakan menulis tulisan kuno atau Lontar adalah aksara atau bahasa lokal, maka sangat perlu dilakukan pengkajian terhadap lontar tersebut dari berbagai perspektif kajian ilmu. Berbicara tentang Lontar di Lombok, maka salah satu Lontar yang sangat terkenal dan banyak mengandung nilai kehidupan adalah Lontar Puspakerma.
Hal di atas adalah dapat menjadi tonggak perkembangan komunikasi yang semakin pesat. Dengan hal tersebut maka tantangan ilmu komunikasi yang notabene adalah ilmu yang fokus mengkaji tentang komunikasi tentu memiliki tantangan yang sangat berat. Oleh karen itulah maka pada tulisan ini penulis mencoba mengkaji ilmu komunikasi dalam naskah Kuno berupa Lontar Puspakerma.

B.     Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini akan dikaji beberapa hal sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah struktur Lontar Puspakerma?
2.      Bagaimanakah isi cerita dalam Lontar Puspakerma?
3.      Bagaimanakah Lontar Puspakerma bila dikaji dalam Ilmu Komunikasi?

C.    Tujuan Penuliasn
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengidentifikasi struktur Lontar Puspakerma.
2.      Untuk menganalisis isi cerita dalam Lontar Puspakerma.
3.      Untuk menganalisis dan mengkaji Lontar Puspakerma dalam perspektif Komunikasi.

D.    Manfaat Penulisan
Dari tujuan di atas tentunya dapat diketahui manfaat penulisan karya imiah ini adalah sebagai berikut :
1.      Secara teoretis dapat dijadikan sumber bacaan dan referensi bagi pembaca maupun penulis karya ilmiah yang berkaitan tulisan ini.
2.      Secara prektis dapat dijadikan pedoman dalam mempertimbangkan kemajuan komunikasi.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komunikasi
Berdasarkan etimologinya, kata komunikasi berasal dari dari bahasa Latin yaitu kata com berarti bersama-sama dan unio berarti persatuan. Dari etimologi tersebut Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. (2011:31) menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan interfrensi.
Dalam garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil apabaila antara komunikan dan komunikator saling memahami informasi yang diberikan.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat kita pahami bahwa dalam komunikasi terdapat unsur-unsur komunikasi yang perlu kita pahami bersama diantaranya pengirim (komunikator), penerima (komunikan), pesan, media (saluran, chanel), gangguan dan efek.

B.     Struktur Lontar Puspakerma
Lontar Puspakerma adalah sebuah naskah yang berukuran 28 cm x 2,8 cm. ditulis dengan aksara Sasak (aksara Jejawan) berbahasa Jawa Madya dengan ruang tulisan 21,5 cm x 2,5 cm. Keseluruhan naskah berjumlah 105 lembar, masing-masing lembar terdiri dari 2 (dua) halaman (rektro verso = bolak-balik). Pada setiap halaman rata-rata memuat 4 (empat) baris teks.
Selain itu terdapat 3 (tiga) buah lubang pada setiap lembar naskah. Lubang bagian tengah sebagai tempat tali naskah sedangkan 2 (dua) buah lubang di bagian kiri dan kanan sebagai tempat pasak. Lembar naskah tersebut dijepit dengan kayu atau dalam bahasa Sasak disebut Takep  sehingga lontar tersebut lebih dikenal dengan nama takepan.
Pada lembar pertama terdapat kolufon yang menyebutkan :
Tabek sun anu nulis,
Tat kalane saniscara,
Tigang sanga penanggale,
Jumadiran malahanamwa,
Kang ucapan jratna biya,
Seribu kang tigang atus,
Tigang puluh kang lalima.
Kutripan naskah di atas menunjukkan bahwa naskah ini ditulis pada hari Sabtu tanggal 27 Jumadil Akhir 1335. Selain itu pada lembar terakhir terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah Lontar Puspakerma selesai ditulis pada hari Sabtu Keliwon Wuku Kuningan tanggal 7 Bulan Rajab yang ditulis oleh orang desa bernama Mamiq Sari.


Keterangan tersebut termuat dalam teks berikut :
Puput tinadun pustaka,
Puspakerma rare kang anami,
Dawag dina saniscara,
Tur kaliwon rakiki,
Kuningan kang uku nika,
Ulan rajab duka putus,
Wawu pitu tatanggalan,
Usan lohor rapat sari,
Mamik Sari wastane kang anurat dari desa.
Teks Puspakerma disajikan dalam bentuk Tembang Macapat (sejenis puisi) yaitu tembang Asmarandana, Sinom, Maskumambang, Durma, Dangdang, dan Pangkur.
Setiap tembang terdiri atas beberapa bait, rinciannya sebagai berikut:
1.      Asmarandana              : bait 1 - bait 3
2.      Sinom                          : bait 4 - bait 49
3.      Asmarandana              : bait 50 - bait 62
4.      Maskumambang          : bait 63 - bait 67
5.      Sinom                          : bait 68 – bait 73
6.      Dangdang                   : bait 74 - bait 115
7.      Durma                         : bait 116 - bait 148
8.      Maskumambang          : bait 149 - bait 166
9.      Sinom                          : bait 167 - bait 207
10.  Asmarandana              : bait 208 - bait 236
11.  Pangkur                       : bait 237 - bait 258
12.  Durma                         : bait 259 - bait 292
13.  Sinom                          : bait 293 - bait 320
14.  Asmarandana              : bait 321 - bait 334
15.  Durma                         : bait 335 - bait 397
16.  Dangdang                   : bait 398 - bait 431
17.  Sinom                          : bait 432 - bait 454
18.  Durma                         : bait 455 - bait 490
19.  Sinom                          : bait 491 - bait 533

C.    Ringkasan Cerita (Isi) Lontar Puspakerma
Raja Puspakerma adalah seorang raja yang dermawan dan menyayangi rakyatnya. Beliau mempunyai seorang putra yang sangat tampan berusia 4 (emapat) tahun. Beliau mendengar berita tentang kemampuan Pande Emas yang bernama Ki Kamasan dari Betal Mukadis. Ki Kamasan diperintahkan oleh Raja Puspakerma untuk membuat patung ikan emas yang bisa hidup. Sedangkan Ki Kamasan (pande emas) dari Betal Makmur diperintahkan membuat patung Burung Merak Emas yang bisa hidup juga.
Patung-patung tersebut tadinya sebagai boneka mainan putra raja yang bernama Jaya Angkasa. Setelah jadi, ternyata patung-patung tersebut tidak diberikan langsung kepada putra raja, tetapi disimpan di dalam peti. Si Burung Merak berhasil keluar dari dalam peti dengan membuka kunci peti. Lalu bermain-main dengan Raja Putra. Raja Putra naik di punggung Merak itu dan si Merak itupun terbang jauh dari Istana, lalu turun di atas sebuah gunung. Raja Putra bertemu dengan seorang kakek yang menganugrahi azimat berupa lidi dari pohon aren. Apabila lidi tersebut ditancapkan ke tanah maka akan datanglah si Merak untuk menerbangkan Raja putra kemanapun maunya.
Selanjutnya, dikisahkan disebuah taman di tengah hutan hidup pasangan suami istri yang mandul yaitu Ki Kasiyan dan Ni Kasiyan. Mereka menemukan Raja Putra, kemudian mengangkatnya menjadi anak.
Kemudian tersebutlah seorang raja yang bernama Raja Sangsiyan yang mandul dalam keadaan sakit setelah pulang dari berburu karen membunuh menjangan yang sedang menyusui anaknya. Raja Sangsiyan mendengar berita tentang kepintaran Raja Putra. Lalu beliaupun mengundangnya untuk diperintahkan mencari obat untuk kesembuhan penyakitnya. Dengan mengendarai Merak, Raja putra berangkat menuju negara Atas Angin. Semua binatang buas penunggu kerajaan tunduk kepadanya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya kepada Singandarung, Raja Putra pun disuruh bersembunyi di pinggir taman dan dipesan apabila putri Raja Atas Angin mandi agar dicuri selendangnya. Petunjuk itupun dilaksanakan oleh Raja Putra. Selanjutnya sang Putri mengantarkan Raja Putra menghadap ayahnya. Raja Putra menikah dengan Sang Putri.
Selang beberapa lama Raja Putra menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu untuk mencari obat. Kemudian oleh Raja Atas Angin ia dianugrahi Azimat berupa Manik yang berwujud seperti Kemiri, warnanya cemerlang, ada yang hijau, dadu, kuning dan putih. Kemudian Raja Putra bersama dengan istrinya kembali ke Kerajaan Sangsiyan. Di tengah perjalanan di membantu Raja Ajrak yang sedang diobrak-abrik oleh para Jin dari Kerajaan Iprit. Semua pasukan Jin dapat dikalahkan, hanya dengan menggoyangkan lidi pohon aren semu jin terplanting jatuh ke Bumi dan mati.
Selanjutnya Raja Putra membantu Raja Kalanjali yang diperangi oleh raksasa dari Kerajaan Habsi. Iapun menang.
Setibanya di Kerajaan Sangsiyan, Raja Putrapun mengobati Sang Raja dan tak lama kemudian sembuh. Demikian pula permaisuri raja yang dulunya mandul, kini bisa hamildan melahirkan putra berkat kehebatan manik milik Raja Putra. Selain itu, Ni Kasiyan yang mandul diobatinya sehingga diapun bisa hamil.
Raja Sangsiyan mengadakan upacara bagi Raja Putra, untuk itu beliau mengundang Raja Puspakerma. Saat itulah raja Putra bercerita tentang dirinya, sehingga ia dikenali oleh Raja Puspakerma bahwa ia adalah Putranya. Setelah itu Raja Putra kembali ke Puspakerma.

D.    Komunikasi dalam Lontar Puspakerma
Komunikasi dalam Lontar Puspakerma terjadi hampir sepanjang cerita. Namun dalam Lontar tersebut ada beberapa bait penting yang menceritakan kejadian bahwa terjadi proses komunikasi secara dengan menggunakan media komunikasi berupa lidi. Proses tersebut termuat dalam bait 59 yang berbunyi :
Wus luhur pamibar niki,
Angling pinutra tadung hingwang,
Aneng jawi taman mangko,
Yen wingsun wusturunana,
Sirang imbangi hingwang,
Yen ingsun ngundang sireku,
Lidi aren pinacutan.
Terjemahannya :
Sudah tinggi terbangnya maka bersabdalah Raja Putra, turunkan saya        di luar taman itu, bila say sudah kamu turunkan, lindungilah saya, bila saya panggil kamu maka lidi enau (aren) ini saya pecutkan.
Dari bait tersebut sangatlah jelas bahwa Lidi Aren itu merupakan media yang digunakan oleh komunikator yaitu seorang Raja Putra kepada komunikan yaitu seekor Burung Merak Emas.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Lontar Puspakerma merupakan naskah kuno yang ditulis oleh Mamiq Sari pada hari Sabtu tanggal 27 Jumadil Akhir 1335 sampai dengan pada hari Sabtu Keliwon Wuku Kuningan tanggal 7 Bulan Rajab 1335. Lontar Puspakerma terdiri dari 533 bait tulisan.
Lontar ini menceritakan kisah diterbangkannya Putra Raja Puspakerma oleh Merak Emas yang menyebabkan sang Raja berpisah dengan anaknya dan kemudian dipertemukan pada acara syukuran oleh Raja Sangsiyan.
Pada lontar tersebut terjadi proses komunikasi dengan menggunakan media komunikasi berupa lidi aren atau enau antara Raja putra dengan Merak Emas.

B.     Saran
Jadikanlah teks atau naskah kuno sebagai acuan atau referensi dalam mengembangkan berbagai kajian ilmu secara umum dan ilmu komunikasi secara khususnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2013. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana.
           
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Hermansoemantri, Emuch. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung : Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana.

Marhyanto, Bambang.                        . Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Victory.

Rahmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Surroya, Dhama. 2008. Tantangan komunikasi di era globalisasi. Dhamamanis.blogspot.com.

Tim Kerja. 2007. Puspakerma. NTB : Museum Negeri.

Widjaja. 2002. Komunikasi. Jakarta : Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar