IDENTIFIKASI LONTAR PUSPAKERMA
(Kajian Struktur dan Isi
dalam Perspektif Ilmu Komunikasi)
Oleh :
I
KETUT PUTU SUARDANA
NIM. 141
211 10
e-mail
: ikp31_suardana@yahoo.com
PROGRAM PASCA
SARJANA ILMU KOMUNIKASI HINDU
SEKOLAH TINGGI
AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis
panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas asungkerta
dan waranugraha-Nya serta kuasa-Nya Tugas
Mata Kuliah Sastra Hindu I dengan
judul Identifikasi lontar Puspakerma
(Kajian Struktur dan Isi dalam Perspektif Ilmu Komunikasi) ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini
tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah memberi
sumbangan pemikirannya kepada kami sehingga tulisan ini dapat terselesaikan.
Sudah tentu tulisan yang kami buat ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
selaku penyusun tulisan ini mohon kritik dan saran dari pembaca secara
konstruktif untuk lebih sempurnanya tulisan ini.
Sebagai akhir kata,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santih Santih Santih Om.
Mataram, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR
ISI................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.............................................................................. 3
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................ 3
D.
Manfaat
Penulisan............................................................................. 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Komunikasi........................................................................................ 5
B.
Struktur
Lontar Puspakerma.............................................................. 5
C.
Ringkasan
Cerita (Isi) Lontar Puspakerma........................................ 8
D.
Komunikasi
dalam Lontar Puspakerma............................................. 10
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan............................................................................................ 12
B.
Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Era globalisasi adalah sebuah era peradaban manusia modern
bahkan post modern. Era ini ditandai
dengan berkambangnya pola pikir dan cara hidup manusia. Pola pikir manusia pada
era ini tergolong pola pikir untuk maju serta pola untuk merubah pola dasar
atau pola awal kearah perubahan yang sangat drastis. Hal yang tentunya akan
sangat terpengaruh oleh era globalisasi adalah dunia komunikasi.
Perkembangan komunikasi dalam dunia sangatlah pesat pada era
globalisasi. Sistem komunikasi manusia tentunya akan mengubah pola komunikasi
masyarakat. Dipicu lagi dengan banyaknya model elektronik yang begitu pesat.
Kemajuan elektronik tersebut bermunculan dengan adanya kemajuan pola pikir dan
ilmu pengetahuan serta teknologi yang mampu dibuat dan dikuasai oleh manusia
pada peradaban dunia saat ini.
Salah satu contoh perubahan pola komunikasi yang dapat kita
liahat saat ini adalah dunia komunikasi massa. Sebelum terdapat media massa
system komunikasi di negara kita menggunakan peralatan serta media yang sangat
sederhana. Misalnya di Bali menggunakan kul-kul
untuk mengumpulkan manusia atau masyarakat saat akan ada suatu kegiatan.
Contoh lain misalnya, menggunakan selebaran kertas yang berisi berita kemudian
disebarkan ke masyarakat. Hal inipun masih menggunakan tatap muka dimana
sejumlah orang bertemu di satu tempat guna menyampaikan informasi.
Bahkan dalam naskah Lontar yang notabene merupakan kisah yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bahkan dalam hal
komunikasi sekalipun. Berbagai kajian berkaitan dengan ilmu komunikasi dapat
kita peroleh dari sebuah lontar yang merupakan naskah kuno. Kajian-kajian
tersebut tentunya akan sangat relevan dengan zaman saat ini atau pada zaman
globalisasi ini. Dengan pengkajian naskah-naskah lontar yang merupakan miliki
bangsa kita tentunya dapat akan menambah refrensi bagi ilmuan komunikasi dalam
mengembangkan sayap keilmuannya.
Naskah kuno adalah salah satu peninggalan budaya masa lampau
yang sangat langka dan perlu untuk dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai bahan
kajian ilmu pengetahuan secara umum bahkan ilmu komunikasi secara khusus. Keberadaan
naskah kuno, khususnya yang ada di Pulau Lombok sangat banyak. Naskah-naskah
tersebut masih digunakan dan tersimpan atau dibaca oleh masyarakat banyak
terutama pada saat-saat tertentu seperti upacara kehamilan dalam Hindu atau
upacara pagedong-gedongan.
Sarana yang digunakan sebagai bahan tulisan biasanya kayu,
bambo atau daun lontar. Khususnya naskah kuno yang ada di Lombok, mayoritas
menggunakan bahan dari daun lontar. Sedangkan tulisan yang dipakai adalah
aksara Jejawan atau Jawa-Sasak, yaitu turunan dari aksara Jawa kuno yang telah
disesuaikan dengan aksara dan bahasa Sasak.
Mengingat aksara yang digunakan menulis tulisan kuno atau
Lontar adalah aksara atau bahasa lokal, maka sangat perlu dilakukan pengkajian
terhadap lontar tersebut dari berbagai perspektif kajian ilmu. Berbicara
tentang Lontar di Lombok, maka salah satu Lontar yang sangat terkenal dan
banyak mengandung nilai kehidupan adalah Lontar Puspakerma.
Hal di atas adalah dapat menjadi tonggak perkembangan
komunikasi yang semakin pesat. Dengan hal tersebut maka tantangan ilmu
komunikasi yang notabene adalah ilmu yang fokus mengkaji tentang komunikasi
tentu memiliki tantangan yang sangat berat. Oleh karen itulah maka pada tulisan
ini penulis mencoba mengkaji ilmu komunikasi dalam naskah Kuno berupa Lontar Puspakerma.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam tulisan ini akan dikaji beberapa hal sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah struktur Lontar Puspakerma?
2.
Bagaimanakah isi cerita dalam Lontar Puspakerma?
3.
Bagaimanakah Lontar Puspakerma bila dikaji dalam
Ilmu Komunikasi?
C.
Tujuan
Penuliasn
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengidentifikasi struktur Lontar Puspakerma.
2.
Untuk menganalisis isi cerita dalam Lontar Puspakerma.
3.
Untuk menganalisis dan mengkaji Lontar Puspakerma
dalam perspektif Komunikasi.
D.
Manfaat
Penulisan
Dari tujuan di atas tentunya dapat diketahui manfaat
penulisan karya imiah ini adalah sebagai berikut :
1.
Secara teoretis dapat dijadikan sumber bacaan
dan referensi bagi pembaca maupun penulis karya ilmiah yang berkaitan tulisan
ini.
2.
Secara prektis dapat dijadikan pedoman dalam
mempertimbangkan kemajuan komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi
Berdasarkan etimologinya, kata komunikasi berasal dari dari
bahasa Latin yaitu kata com berarti
bersama-sama dan unio berarti persatuan. Dari
etimologi tersebut Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. (2011:31) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu
sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan
interfrensi.
Dalam garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi
akan berhasil apabaila antara komunikan dan komunikator saling memahami
informasi yang diberikan.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat kita pahami bahwa
dalam komunikasi terdapat unsur-unsur komunikasi yang perlu kita pahami bersama
diantaranya pengirim (komunikator), penerima (komunikan), pesan, media
(saluran, chanel), gangguan dan efek.
B.
Struktur
Lontar Puspakerma
Lontar Puspakerma adalah sebuah naskah yang berukuran 28 cm x
2,8 cm. ditulis dengan aksara Sasak (aksara Jejawan) berbahasa Jawa Madya
dengan ruang tulisan 21,5 cm x 2,5 cm. Keseluruhan naskah berjumlah 105 lembar,
masing-masing lembar terdiri dari 2 (dua) halaman (rektro verso =
bolak-balik). Pada setiap halaman rata-rata memuat 4 (empat) baris teks.
Selain itu terdapat 3 (tiga) buah lubang pada setiap lembar
naskah. Lubang bagian tengah sebagai tempat tali naskah sedangkan 2 (dua) buah
lubang di bagian kiri dan kanan sebagai tempat pasak. Lembar naskah tersebut
dijepit dengan kayu atau dalam bahasa Sasak disebut Takep sehingga lontar
tersebut lebih dikenal dengan nama takepan.
Pada lembar pertama terdapat kolufon yang menyebutkan :
Tabek
sun anu nulis,
Tat
kalane saniscara,
Tigang
sanga penanggale,
Jumadiran
malahanamwa,
Kang
ucapan jratna biya,
Seribu
kang tigang atus,
Tigang puluh kang
lalima.
Kutripan naskah di atas menunjukkan bahwa naskah ini ditulis
pada hari Sabtu tanggal 27 Jumadil Akhir 1335. Selain itu pada lembar terakhir
terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah Lontar Puspakerma selesai
ditulis pada hari Sabtu Keliwon Wuku Kuningan tanggal 7 Bulan Rajab yang
ditulis oleh orang desa bernama Mamiq Sari.
Keterangan tersebut termuat dalam teks berikut :
Puput
tinadun pustaka,
Puspakerma
rare kang anami,
Dawag
dina saniscara,
Tur
kaliwon rakiki,
Kuningan
kang uku nika,
Ulan
rajab duka putus,
Wawu
pitu tatanggalan,
Usan
lohor rapat sari,
Mamik Sari wastane kang
anurat dari desa.
Teks Puspakerma disajikan dalam bentuk Tembang Macapat (sejenis puisi) yaitu tembang Asmarandana, Sinom, Maskumambang, Durma, Dangdang, dan Pangkur.
Setiap tembang terdiri atas beberapa bait, rinciannya sebagai
berikut:
1. Asmarandana : bait 1 - bait 3
2. Sinom
: bait 4 - bait
49
3. Asmarandana : bait 50 - bait 62
4. Maskumambang : bait 63 - bait 67
5. Sinom : bait 68 – bait 73
6. Dangdang : bait 74 - bait 115
7. Durma : bait 116 - bait 148
8. Maskumambang : bait 149 - bait 166
9. Sinom : bait 167 - bait 207
10. Asmarandana : bait 208 - bait 236
11. Pangkur : bait 237 - bait 258
12. Durma : bait 259 - bait 292
13. Sinom : bait 293 - bait 320
14. Asmarandana : bait 321 - bait 334
15. Durma : bait 335 - bait 397
16. Dangdang : bait 398 - bait 431
17. Sinom : bait 432 - bait 454
18. Durma : bait 455 - bait 490
19. Sinom : bait 491 - bait 533
C.
Ringkasan
Cerita (Isi) Lontar Puspakerma
Raja Puspakerma adalah seorang raja yang dermawan dan
menyayangi rakyatnya. Beliau mempunyai seorang putra yang sangat tampan berusia
4 (emapat) tahun. Beliau mendengar berita tentang kemampuan Pande Emas yang
bernama Ki Kamasan dari Betal Mukadis. Ki Kamasan diperintahkan oleh Raja Puspakerma
untuk membuat patung ikan emas yang bisa hidup. Sedangkan Ki Kamasan (pande
emas) dari Betal Makmur diperintahkan membuat patung Burung Merak Emas yang
bisa hidup juga.
Patung-patung tersebut tadinya sebagai boneka mainan putra
raja yang bernama Jaya Angkasa. Setelah jadi, ternyata patung-patung tersebut
tidak diberikan langsung kepada putra raja, tetapi disimpan di dalam peti. Si
Burung Merak berhasil keluar dari dalam peti dengan membuka kunci peti. Lalu
bermain-main dengan Raja Putra. Raja Putra naik di punggung Merak itu dan si
Merak itupun terbang jauh dari Istana, lalu turun di atas sebuah gunung. Raja
Putra bertemu dengan seorang kakek yang menganugrahi azimat berupa lidi dari
pohon aren. Apabila lidi tersebut ditancapkan ke tanah maka akan datanglah si
Merak untuk menerbangkan Raja putra kemanapun maunya.
Selanjutnya, dikisahkan disebuah taman di tengah hutan hidup
pasangan suami istri yang mandul yaitu Ki Kasiyan dan Ni Kasiyan. Mereka
menemukan Raja Putra, kemudian mengangkatnya menjadi anak.
Kemudian tersebutlah seorang raja yang bernama Raja Sangsiyan
yang mandul dalam keadaan sakit setelah pulang dari berburu karen membunuh
menjangan yang sedang menyusui anaknya. Raja Sangsiyan mendengar berita tentang
kepintaran Raja Putra. Lalu beliaupun mengundangnya untuk diperintahkan mencari
obat untuk kesembuhan penyakitnya. Dengan mengendarai Merak, Raja putra
berangkat menuju negara Atas Angin. Semua binatang buas penunggu kerajaan
tunduk kepadanya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya kepada
Singandarung, Raja Putra pun disuruh bersembunyi di pinggir taman dan dipesan
apabila putri Raja Atas Angin mandi agar dicuri selendangnya. Petunjuk itupun
dilaksanakan oleh Raja Putra. Selanjutnya sang Putri mengantarkan Raja Putra
menghadap ayahnya. Raja Putra menikah dengan Sang Putri.
Selang beberapa lama Raja Putra menyampaikan maksud
kedatangannya, yaitu untuk mencari obat. Kemudian oleh Raja Atas Angin ia
dianugrahi Azimat berupa Manik yang berwujud seperti Kemiri, warnanya
cemerlang, ada yang hijau, dadu, kuning dan putih. Kemudian Raja Putra bersama
dengan istrinya kembali ke Kerajaan Sangsiyan. Di tengah perjalanan di membantu
Raja Ajrak yang sedang diobrak-abrik oleh para Jin dari Kerajaan Iprit. Semua
pasukan Jin dapat dikalahkan, hanya dengan menggoyangkan lidi pohon aren semu
jin terplanting jatuh ke Bumi dan mati.
Selanjutnya Raja Putra membantu Raja Kalanjali yang diperangi
oleh raksasa dari Kerajaan Habsi. Iapun menang.
Setibanya di Kerajaan Sangsiyan, Raja Putrapun mengobati Sang
Raja dan tak lama kemudian sembuh. Demikian pula permaisuri raja yang dulunya
mandul, kini bisa hamildan melahirkan putra berkat kehebatan manik milik Raja
Putra. Selain itu, Ni Kasiyan yang mandul diobatinya sehingga diapun bisa hamil.
Raja Sangsiyan mengadakan upacara bagi Raja Putra, untuk itu
beliau mengundang Raja Puspakerma. Saat itulah raja Putra bercerita tentang
dirinya, sehingga ia dikenali oleh Raja Puspakerma bahwa ia adalah Putranya.
Setelah itu Raja Putra kembali ke Puspakerma.
D.
Komunikasi
dalam Lontar Puspakerma
Komunikasi dalam Lontar Puspakerma terjadi hampir sepanjang
cerita. Namun dalam Lontar tersebut ada beberapa bait penting yang menceritakan
kejadian bahwa terjadi proses komunikasi secara dengan menggunakan media
komunikasi berupa lidi. Proses tersebut termuat dalam bait 59 yang berbunyi :
Wus
luhur pamibar niki,
Angling
pinutra tadung hingwang,
Aneng
jawi taman mangko,
Yen
wingsun wusturunana,
Sirang
imbangi hingwang,
Yen
ingsun ngundang sireku,
Lidi aren pinacutan.
Terjemahannya :
Sudah tinggi
terbangnya maka bersabdalah Raja Putra, turunkan saya di luar taman itu, bila say sudah kamu
turunkan, lindungilah saya, bila saya panggil kamu maka lidi enau (aren) ini
saya pecutkan.
Dari bait tersebut sangatlah jelas bahwa Lidi Aren itu
merupakan media yang digunakan oleh komunikator yaitu seorang Raja Putra kepada
komunikan yaitu seekor Burung Merak Emas.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Lontar Puspakerma
merupakan naskah kuno yang ditulis oleh Mamiq Sari pada hari Sabtu tanggal 27
Jumadil Akhir 1335 sampai dengan pada hari Sabtu Keliwon Wuku Kuningan tanggal
7 Bulan Rajab 1335. Lontar Puspakerma terdiri dari 533 bait tulisan.
Lontar ini
menceritakan kisah diterbangkannya Putra Raja Puspakerma oleh Merak Emas yang
menyebabkan sang Raja berpisah dengan anaknya dan kemudian dipertemukan pada
acara syukuran oleh Raja Sangsiyan.
Pada lontar
tersebut terjadi proses komunikasi dengan menggunakan media komunikasi berupa
lidi aren atau enau antara Raja putra dengan Merak Emas.
B.
Saran
Jadikanlah teks atau naskah kuno sebagai acuan atau referensi
dalam mengembangkan berbagai kajian ilmu secara umum dan ilmu komunikasi secara
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Anwar. 2013. Ilmu Komunikasi. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Bungin,
Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi.
Jakarta : Kencana.
Cangara,
Hafied. 2012. Pengantar ilmu Komunikasi.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hermansoemantri,
Emuch. 1986. Identifikasi Naskah.
Bandung : Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.
Liliweri,
Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba
Makna. Jakarta : Kencana.
Marhyanto,
Bambang. . Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Victory.
Rahmat,
Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Surroya,
Dhama. 2008. Tantangan komunikasi di era
globalisasi. Dhamamanis.blogspot.com.
Tim
Kerja. 2007. Puspakerma. NTB : Museum
Negeri.
Widjaja.
2002. Komunikasi. Jakarta : Bumi
Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar